Halaman

Sabtu, 17 Februari 2007

Banjir 2007 di Halaman Depan

Terimakasih untuk Pak - Pemred - sebuah - majalah - komputer - populer (mau jadi pemred Tukang Koran juga, pak?), karena atas desakannya maka posting tentang perbandingan koran yang menyajikan laporan banjir di Jakarta awal Februari 2007 ini menjadi kenyataan.

Saya mengambil empat front pages koran nasional untuk diperbandingkan, yaitu: Kompas, Koran Tempo, Republika, dan Seputar Indonesia. Selain dengan pertimbangan karena keempat koran tersebut lumayan atraktif, juga karena hanya empat itu yang tersedia. Kompas dan Seputar Indonesia saya langgani, Koran Tempo saya punya aksesnya (thx to Gatot, my fellow designer there), dan Republika saya dapat langsung file digitalnya dari art director-nya pada saat-saat terakhir.

Saya pilih terbitan tanggal 1-7 Februari, karena pada masa itu puncak pemberitaan soal banjir terjadi. Pada perbandingan ini saya akan menilai yang terbaik dari setiap edisinya, tentu saja pilihan saya akan bias, karena saya akan merasa tidak enak jika harus selalu memilih Koran Tempo sebagai yang terbaik di setiap edisinya :-). Untuk itu diharap partisipasi pembaca untuk memberi komentar, agar lebih fair. Klik gambar untuk memperbesar!.

Edisi Kamis, 1 Februari 2007


Pada edisi ini hanya Koran Tempo dan Kompas yang sudah mencium banjir di Jakarta. Kompas dengan feature andalannya dan Koran Tempo--walaupun tidak menjadikan banjir sebagai headline--tapi tampilan halaman depan Koran Tempo sangat mem-blow-up soal banjir di Jakarta ini, lengkap dengan infografis "pembagian" Banjir di DKI. Saya memilih Koran Tempo yang terbaik pada edisi ini karena banjirnya lebih terlihat.

Edisi Jumat, 2 Februari 2007


Maaf, Kompas tidak datang hari itu, mungkin lopernya terhadang banjir. Pada Jumat itu tidak bisa dibantah, banjir adalah headline. Koran Tempo dan Republika tampil dengan foto seragam, seperti juga TV swasta yang berulang kali menayangkan lalu lintas ibukota yang terhambat banjir. Sebetulnya Seputar Indonesia juga menampilkan lalulintas Jakarta pada halaman depan tapi dengan pilihan foto yang berbeda, pertama melihatnya saya tertawa (tapi jangan disamain dengan Ical, ya). Selain pemilihan foto, nilai plus Seputar Indonesia pada edisi ini menurut saya adalah update peta "pembagian" banjir DKI.

Edisi Sabtu, 3 Februari 2007


Kali ini giliran Seputar Indonesia yang tidak datang, menurut agennya semua koran terendam banjir :-(. Pada edisi itu Kompas mem-blow-up foto banjir dengan judul font serif putih, walaupun dibuat lebih besar dari biasanya tapi dengan font seperti itu tetap tidak terkesan berteriak. Pemilihan fotonya juga kurang kuat untuk dibesarkan seperti itu. Nice try, Kompas :-).

Menurut saya, pada hari itu tidak ada foto yang lebih bagus daripada foto evakuasi penumpang KRL yang terjebak banjir. Foto itu tapi dari wire yang berbeda dipilih oleh Koran Tempo (AFP) dan Republika (AP). Kesalahan Republika adalah "membunuh" foto bagus tersebut dengan memuat foto pendamping. Edisi ini saya pilih Koran Tempo yang terbaik karena memuat foto itu dengan baik dan benar, juga judul-satu-katanya yang sangat kuat dan cocok dengan foto.

Edisi Minggu, 4 Februari 2007


Kompas tampil datar pada edisi Minggu itu. Republika tidak mengakomodasi hardnews untuk edisi minggunya, koran ini bisa saja tampil up to date dengan menampilkan banjir sebagai cover Laporan Utamanya, tapi ini berarti harus mengubah tulisan Laporan Utama yang mungkin sudah disiapkan jauh hari sebelumnya. Lagi-lagi Koran Tempo dan Seputar Indonesia memilih foto yang seragam. Tapi lagi-lagi saya harus jujur memilih Koran Tempo pada edisi ini karena croping foto yang lebih baik, juga menurut saya infografis Seputar Indonesia kali ini malah kelihatan lebih banyak mudharat-nya daripada manfaatnya.

Edisi Senin, 5 Februari 2007


Pada edisi hari Senin inilah masing-masing koran mengeluarkan kesaktiannya. Semua sama-sama menampilkan foto udara dengan ukuran super besar, kecuali Republika karena ada iklan super besar di halaman depannya. Kompas dengan breaking-the-rules-layout andalannya: menimpa foto besar dengan font serif yang lebih besar dari biasanya, tapi kali ini dengan warna kuning! Koran Tempo mendistorsi logotype-nya seakan-akan tergenang banjir. Seputar Indonesia memilih foto vertikal besar, dibingkai hitam, kurang apa coba? Republika sepertinya juga ingin all out, tapi apa daya dihadang iklan.

Dari semua upaya itu, entah kenapa saya justru melihat tampilannya datar semua. Mungkin karena sudah jenuh dengan berita banjir atau keseragaman fotonya. Saya justru tertarik dengan Tribun Batam. Hari itu saya ada di Batam, ketika saya memborong semua koran yang ada di newstand, saya tertarik pada infografis yang terletak di bagian atas Tribun Batam. Infografis-ilustratif yang segar, menggambarkan akibat jika pintu air Manggarai dibuka. Digambarkan aliran sungai Ciliwung dan apa saja yang dilewatinya. Sederhana, segar, dan sangat informatif.

Edisi Selasa, 6 Februari 2007


Ini edisi aftermath, dan semua koran memilih foto pengungsi. kecuali Seputar Indonesia yang belum bosan dengan foto kebanjiran. Pada edisi ini pandangan saya langsung tertuju ke Koran Tempo karena bold picture-nya, bahkan saya tidak peduli dengan infografis Kompas yang tidak memudahkan dan tidak menyenangkan (maaf, tapi saya sudah memberi disclaimer akan terjadi bias pada posting ini, hehe).

Edisi Rabu, 7 Februari 2007


Pada edisi ini kelihatan cerita banjir sudah hampir selesai. Koran Tempo "kehabisan" cerita tentang banjir Jakarta menulis: "Banjir Meluas ke Daerah", saya terganggu dengan distorsi fotonya. Kompas "mengharap" banjir tidak selesai: "Banjir Masih Tetap Mengancam", fotonya redundant dan kesannya terlambat beberapa hari. Seputar Indonesia mengais-ngais cerita banjir yang tersisa: "Ditinggal Penjaga, Halte Busway Dijarah", infografisnya mengulang kegagalan Kompas sehari sebelumnya. Republika mencium terlebih dahulu bencana susulan setelah banjir: "Ratusan Balita Terserang Diare", dan sampai hari ini berita itu berlanjut, disusul DBD. Untuk edisi terakhir ini saya pilih Republika karena pemilihan fotonya yang kuat dan sejalan dengan artikelnya membuat layout-nya manis khas Republika.

Ikon
Untuk mengikat dan menegaskan, biasanya pada berita-berita besar dan yang mempunyai follow-up dalam hitungan minggu--seperti banjir kali ini--koran-koran membuat sebuah ikon yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi.


Kali ini hanya Republika yang tidak membuatnya. Dari ikon yang ada: Kompas dan sister company-nya, Tribun Batam membuat dengan gaya vector yang menampilan monas dan genangan air. Koran Tempo menampilkan perahu karet, based on photo. Yang menarik Seputar Indonesia, melihat gambar itu mau-tidak-mau kita seperti harus menterjemahkan: Selamat datang banjir di kota metropolitan. Gambar tugu selamat datang, genangan air dan eksekutif yang kebajiran lengkap dengan payung merah yang eye-catching. Ini diambil dari cover majalah Trust yang juga satu bendera dengan Seputar Indonesia.

Sabtu, 10 Februari 2007

Edmund Who?

(Duh!, seharusnya sekarang saya mem-posting perbandingan desain koran saat meliput banjir Jakarta)

Poynter memberitakan "Father of Modern Newspaper Design", Edmund Arnold, meninggal pada 2 Februari 2007 di usia ke-93 tahun.

Saya baru kali ini mendengar namanya. Selama ini saya hanya mengenal Mario Garcia, Roger Black, atau Sri Kumara Dewatasari. Menurut berbagai sumber, Edmund Arnold lah yang menemukan white space. Dia juga yang mempelopori layout modern, dan dia juga telah meredesain lebih dari 250 koran di seluruh dunia.

Sebagai blog tentang koran dan pernak-perniknya, saya merasa blog ini wajib membuat posting soal ini. Semoga dari link-link yang berhubungan dengan mbah Edmund ini kita bisa menggali lebih banyak ilmu.

Selamat jalan, mbah.

Bacaan:
>> Googling Edmund Arnold
>> Obituari Edmund Arnold di SND
>> Obituari Edmund Arnold di The Roanoke Times
>> Interview Edmund Arnold dengan majalah Design (PDF)